TRIBUNNEWS.COM - Berubahnya pola makan saat
berpuasa dari yang sebelumnya makan 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari,
logikanya akan membuat berat badan stabil bahkan menurun.
Namun faktanya, malah ada yang justru mengalami peningkatan berat badan.
Menurut Rissa Saputri SGz, Ahli gizi RSUD Ansari Saleh dan Ahli Gizi Nutrimeal Banjarmasin, pengaturan pola makan dan pola hidup yang sehat selama puasa diperlukan untuk mengontrol berat badan dan mengatasi obesitas perut.
Pilihlah makanan pokok bernilai indeks glikemik rendah seperti nasi merah, nasi coklat, nasi hitam, pasta (spaghetti, fettucini, macaroni), bubur gandum.
Selain memiliki efek mengenyangkan lebih lama, makanan pokok dengan indeks glikemik rendah juga kaya serat dan mampu menurunkan kadar lemak tubuh.
Utamakan asupan lemak tak jenuh, kurangi lemak lemak trans dan lemak jenuh.
Sebaiknya gunakan lemak tak jenuh dalam proses memasak misalkan minyak zaitun, minyak canola, minyak jagung.
Ikan laut, buah alpukat, dan kacang almond.
Bagi orang dengan obesitas sentral atau memiliki kadar lemak darah tinggi, sebaiknya hindari konsumsi lemak jenuh dan lemak trans berlebihan, seperti fast food, es krim, daging sapi dan olahannya, telur, produk susu, minyak kelapa, minyak sawit, santan.
Panganan manis seperti kue basah, cake, donat, biskuit umumnya diolah menggunakan telur, santan, mentega/minyak.
Namun faktanya, malah ada yang justru mengalami peningkatan berat badan.
Menurut Rissa Saputri SGz, Ahli gizi RSUD Ansari Saleh dan Ahli Gizi Nutrimeal Banjarmasin, pengaturan pola makan dan pola hidup yang sehat selama puasa diperlukan untuk mengontrol berat badan dan mengatasi obesitas perut.
Pilihlah makanan pokok bernilai indeks glikemik rendah seperti nasi merah, nasi coklat, nasi hitam, pasta (spaghetti, fettucini, macaroni), bubur gandum.
Selain memiliki efek mengenyangkan lebih lama, makanan pokok dengan indeks glikemik rendah juga kaya serat dan mampu menurunkan kadar lemak tubuh.
Utamakan asupan lemak tak jenuh, kurangi lemak lemak trans dan lemak jenuh.
Sebaiknya gunakan lemak tak jenuh dalam proses memasak misalkan minyak zaitun, minyak canola, minyak jagung.
Ikan laut, buah alpukat, dan kacang almond.
Bagi orang dengan obesitas sentral atau memiliki kadar lemak darah tinggi, sebaiknya hindari konsumsi lemak jenuh dan lemak trans berlebihan, seperti fast food, es krim, daging sapi dan olahannya, telur, produk susu, minyak kelapa, minyak sawit, santan.
Panganan manis seperti kue basah, cake, donat, biskuit umumnya diolah menggunakan telur, santan, mentega/minyak.
Kebiasaan menggunakan minyak goreng yang sama berkali-kali juga dapat meningkatkan jumlah lemak trans di dalam makanan.
Hadirkan selalu sayur dan buah dalam menu sahur dan berbuka, dan konsumsi buah sebelum makanan utama.
Buah sangat baik dikonsumsi sebagai ta'jil atau pembuka sebelum makanan utama, makanan selingan setelah tarawih, serta makanan pembuka sebelum sahur.
Tidak berbuka puasa dengan jumlah berlebihan dan terburu-buru.
Enzim pencernaan di lambung merembes perlahan-lahan dari dinding lambung pada saat makanan masuk, jika pada saat berbuka makanan masuk ke dalam lambung dalam jumlah banyak bersamaan, enzim percernaan tentu tidak optimal mencerna makanan.
Makanan yang tidak tercerna dengan baik tersebut akan disimpan di area perut sebagai lemak.
Beraktivitas setelah makan sahur/berbuka.
Tubuh yang tidak digunakan untuk beraktivitas setelah makan maka akan menurunkan metabolisme tubuh, peristaltik usus akan melambat, pemecahan dan penyerapan zat gizi tidak optimal.
Sempatkan olahraga ringan agar tetap fit. Salah satu hal yang dapat meningkatkan kebugaran tubuh selama berpuasa dan mencegah penumpukan lemak di area perut adalah dengan berolahraga.
Pilihlah jenis olahraga dengan intensitas ringan seperti berjalan, jogging atau bersepeda.
Hadirkan selalu sayur dan buah dalam menu sahur dan berbuka, dan konsumsi buah sebelum makanan utama.
Buah sangat baik dikonsumsi sebagai ta'jil atau pembuka sebelum makanan utama, makanan selingan setelah tarawih, serta makanan pembuka sebelum sahur.
Tidak berbuka puasa dengan jumlah berlebihan dan terburu-buru.
Enzim pencernaan di lambung merembes perlahan-lahan dari dinding lambung pada saat makanan masuk, jika pada saat berbuka makanan masuk ke dalam lambung dalam jumlah banyak bersamaan, enzim percernaan tentu tidak optimal mencerna makanan.
Makanan yang tidak tercerna dengan baik tersebut akan disimpan di area perut sebagai lemak.
Beraktivitas setelah makan sahur/berbuka.
Tubuh yang tidak digunakan untuk beraktivitas setelah makan maka akan menurunkan metabolisme tubuh, peristaltik usus akan melambat, pemecahan dan penyerapan zat gizi tidak optimal.
Sempatkan olahraga ringan agar tetap fit. Salah satu hal yang dapat meningkatkan kebugaran tubuh selama berpuasa dan mencegah penumpukan lemak di area perut adalah dengan berolahraga.
Pilihlah jenis olahraga dengan intensitas ringan seperti berjalan, jogging atau bersepeda.
Olahraga di saat puasa sebaiknya dilakukan menjelang berbuka dan atau setelah berbuka puasa.
Utamakan salat tarawih.
Bukan hanya imbalan pahalanya yang teramat besar, salat tarawih merupakan ibadah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Tarawih ternyata bermanfaat dalam membakar kalori setelah berbuka.
Ibadah ini juga menyehatkan jantung dan ginjal, menstabilkan kadar gula darah, melancarkan fungsi pencernaan sehingga mencegah sembelit, dan lain-lain.
Utamakan salat tarawih.
Bukan hanya imbalan pahalanya yang teramat besar, salat tarawih merupakan ibadah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Tarawih ternyata bermanfaat dalam membakar kalori setelah berbuka.
Ibadah ini juga menyehatkan jantung dan ginjal, menstabilkan kadar gula darah, melancarkan fungsi pencernaan sehingga mencegah sembelit, dan lain-lain.
0 komentar