Dibagi.net - Usai membuat postingan "dukung ahok untuk gubernur Bali" kemarin, saya banyak terima inbox dari teman-teman di Bali maupun warga bali yang tidak di Bali. Mereka umumnya protes atas apa yang saya tulis. Intinya, mereka tidak mau ahok sebagai gubernur bali. Karena di Bali masih ada warga asli yang hebat memimpin Bali.
Ada kata bijak yang mengatakan, "bahwa kejadian akan membuatmu tau akan kebenaran".
Sejak pilkada DKI belum dimulai, sebenarnya ahok sudah lebih dulu kampanye curi start dengan pengumpulan KTP. Dan sejak saat itu kehebatan ahok dengan segala kontroversialnya dibahas dan diputarbalikkan oleh pendukungnya. Saya mengutip apa yang di tuliskan oleh MADE SURYA HERMAWAN, dari namanya saya yakin dia adalah orang bali. Gak mungkin dari arab atau dari afrika sana.
Made menuliskan " Kenapa Orang Bali Suka Ahok?"
Kata made, linimasa media sosial saya hampir selalu dipenuhi oleh postingan positif tentang Ahok. Para pengguna media sosial itu memosting status, foto, juga tautan berita. Hingga yang paling ekstrim ada kalimat “kalau Ahok tidak disukai di Jakarta, bawa dia ke Bali untuk jadi Gubernur Bali”. Anehnya, itu dibuat sebagian besar oleh orang Bali. Lebih khususnya anak muda Bali.
Orang Bali meluangkan waktu, walaupun sekadar untuk menuliskan status atau berbagi informasi positif tentang Ahok. Memang bukan indikator kesukaan yang signifikan. Namun setidaknya, ini mencirikan mereka peduli tentang orang, sesuatu, atau peristiwa. yang berada jauh di Jakarta sana.
Hal lain yang bisa jadi menyebabkan kesukaan pada Ahok yaitu faktor kebosanan. Kebosanan masyarakat tentang politikus korup yang digerakkan partai. Mereka mungkin melihat sosok berbeda pada diri Ahok. Sosok yang berani, jujur, dan bersih. Pun tidak mudah dikendalikan partai. Mereka mungkin juga merindukan adanya pemimpin seperti itu di Bali.
Orang Bali memilih figur untuk dipercaya. Orang Bali mengemas rasa percaya dalam bingkai rasionalitas. Contoh: ketika Jero Wacik (orang Bali) dipanggil KPK dan ditetapkan sebagai tersangka, hampir tidak ada dukungan untuknya. Yang banyak hanya cibiran, bahkan makian, di media sosial. Tentu respon itu tidak sembarang muncul. Saya percaya ada alasan kuat dan masuk akal yang mendasarinya.
Saya merasa mulai muncul ikatan emosional orang Bali dengan Ahok. Seperti orang Bali dengan Soekarno
Orang Bali memilih figur untuk dipercaya. Orang Bali mengemas rasa percaya dalam bingkai rasionalitas. Contoh: ketika Jero Wacik (orang Bali) dipanggil KPK dan ditetapkan sebagai tersangka, hampir tidak ada dukungan untuknya. Yang banyak hanya cibiran, bahkan makian, di media sosial. Tentu respon itu tidak sembarang muncul. Saya percaya ada alasan kuat dan masuk akal yang mendasarinya.
Saya merasa mulai muncul ikatan emosional orang Bali dengan Ahok. Seperti orang Bali dengan Soekarno
sumber : www.ngelmu.id
0 komentar