Minggu, 18 Juni 2017

Menakjubkan! Orang-orang Ini Wafat Saat Beribadah

TRIBUNNEWS.COM - Kabar meninggalnya seorang jamaah masjid saat sujud yang disampaikan Ustaz Yusuf Mansur menyita perhatian netizen.
Menurut Yusuf Mansur, jamaah yang meninggal itu sedang salat Isya berjamaah di Masjid Ittihaad Tebet, Selasa (13/6/2017) malam.
Merujuk ajaran Islam, meninggal saat sedang salat diyakini sebagian kematian yang baik.
Selain seorang jamaah di masjid Ittihad itu, berikut ini beberapa orang yang meninggal saat salat atau membaca Alquran.
Sebagian dari kisah mereka viral di media sosial dan mengundang doa dari netizen.
1. Pria asal Lawang, Malang meninggal saat sujud
Dikutip dari TribunJateng, meninggalnya seorang pria asal Lawang, Malang, Jawa Timur, membuat netizen berdecak kagum dan mendoakannya.
Pria yang biasa memandikan jenazah warga lain itu meninggal dunia dalam keadaan sujud.
Kabar kematian Miftah Arifin, nama pria tersebut, beredar viral di media sosial.
Disebutkan netizen, Miftah melaksanakan salat ba'diah Isya di masjid setempat pada Selasa (3/1/2017) malam.
Namun pada sujud terakhir salat sunah tersebut, ia tak kunjung bangun hingga masjid hendak ditutup petugas.
Setelah diselidiki, ternyata warga Kauman, Lawang, itu sudah meninggal dunia.
2. Seorang Imam Masjid Meninggal Dunia saat Sujud Pertama Salat Jumat

Dikutip dari TribunJogja, pria yang diketahui sedang menjadi imam salat Jumat di salah satu masjid di Samarinda, Kalimantan Timur itu, meninggal dunia ketika sedang sujud.
Imus, imam salat Jumat di salah satu masjid di Samarinda meninggal dunia ketika sedang sujud rakaat pertama.
Peristiwa menghebohkan itu diposting oleh netizen Bang Ipan Kah.
Menurut Ipan, imam salat itu meninggal hari ini, Jumat (6/1/2017).
Baru pada sujud pertama, pria yang terlihat mengenakan baju coklat itu sudah tidak dapat melanjutkan salat.
"Ya Allah baru solat jum'at tadi siang di masjid Baitut Taharah imam ini meninggal pada sujud pertama. Ya Allah moga imam ini tenang di sana. #masjidBaitutTharah," tulisnya siang ini.
Sejumlah netizen langsung menyahut postingan tersebut untuk mempertanyakan kebenarannya.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Ipan membenarkan kejadian itu.
Lokasi masjid berada di daerah Loa Janan, Samarinda.
3. Meninggal saat membaca Alquran

Dilansir dari Kompas.com, Jakfar Abdurrahman, seorang qori atau pembaca ayat suci Al Quran, meninggal dunia saat tengah melantunan ayat suci Al Quran, di acara Haul Keluarga Besar Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, di Surabaya, Jawa Timur, Senin (24/4/2017).
Jakfar Abdurrahman meninggal saat membaca Alquran
Informasi yang dihimpun dari lokasi acara, tubuh Jakfar tiba-tiba lemas dan jatuh usai membacakan dua ayat suci di atas panggung.
Mikrofon di tangannya lepas dan tubuhnya terjatuh ke samping.
Peristiwa itu membuat sejumlah tamu undangan berteriak histeris.
"Panitia langsung membawanya ke posko kesehatan dan Rumah Sakit Islam Surabaya II yang lokasinya tidak jauh dari lokasi acara," kata Rofiq Kurdi, seorang panitia acara tersebut.
Sekitar satu jam kemudian, pembawa acara mengumumkan bahwa Jakfar dipastikan meninggal dunia oleh petugas medis rumah sakit Islam Surabaya II.
4. Meninggal dalam sujud di depan gerbang Masjid
Dikutp dari Kompas.com, Kamaludin (40), warga Kedung Halang, Kota Bogor, ditemukan meninggal dalam posisi sujud di depan gerbang Masjid Raya Bogor, Kecamatan Bogor Timur, Bogor, Jawa Barat, Senin (3/4/2017).
Polisi yang datang ke lokasi langsung membawa jasad pria itu ke Rumah Sakit Bhayangkara Polresta Bogor Kota.
Kepala Polsek Bogor Timur, Komisaris Polisi Marsudi Widodo mengatakan, polisi tidak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Hanya saja ditemukan bercak muntahan di sekitar tubuh korban.
Polisi menduga, korban meninggal karena serangan jantung.
Hal itu juga diperkuat oleh pernyataan pihak keluarga yang menyebutkan bahwa korban mempunyai riwayat penyakit jantung.
"Tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Tapi kami temukan ada bekas muntahan di jalanan di dekat tubuhnya. Diduga kena serangan jantung," ucap Marsudi saat dikonfirmasi.
Marsudi menambahkan, Kamaludin pertama kali ditemukan oleh seorang petugas keamanan bernama Lukman (30).
Saat itu, kata Marsudi, Lukman sedang berkeliling di sekitar masjid untuk memantau keamanan.
Tiba-tiba, dirinya melihat ada sosok pria seperti bersujud di depan gerbang masjid.
Setelah dicek, ternyata pria itu dalam keadaan tak bernyawa.
"Dari keterangan saksi, sebelumnya korban terlihat berjalan dari arah Terminal Baranangsiang dan duduk di depan gerbang masjid sampai akhirnya ditemukan meninggal," pungkasnya. (*)


Read more

Bubur Pekojan, Sajian Khas di Bulan Puasa

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tradisi berbuka puasa dengan menu bubur kuning sudah lama menghilang dari warga Kampung Arab, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat.
Juru masak yang bisa membuat menu itu pun sudah langka.
Padahal, dari sepiring hidangan bubur kuning itu tecermin kebersamaan dan solidaritas keberagaman antara etnis Arab, Tionghoa, dan warga pribumi.
Kamis (9/6/2016) sore, bubur legendaris itu kembali dihidangkan di Masjid An-Nawier sebagai menu berbuka puasa. Di teras masjid yang teduh, bubur kuning dihidangkan bersama dengan es sirup, air mineral, kurma, donat, lumpia, gorengan, dan camilan lainnya.
Bubur kuning terbuat dari bahan utama beras, santan, dan potongan-potongan besar daging kambing.
Adapun bumbu yang dicampurkan ke dalam hidangan adalah lada, ketumbar, jintan, jahe, bawang putih, bawang merah, kunyit, bawang bombay, cengkeh, dan tomat.
Bahan-bahan itu diulek dengan kasar lalu dicampurkan ke dalam bubur. Daging kambing dimasak terpisah, setelah empuk baru dicampurkan ke dalam adonan bubur.
Bubur kuning disajikan dengan taburan bawang goreng di atasnya.
Aroma rempah-rempah merebak saat bubur hangat dituangkan dari panci besar ke dalam piring.
Rasanya gurih, wangi rempah, dan sedikit berlemak karena potongan-potongan daging kambing. Potongan daging kambing yang besar bertekstur empuk sehingga mudah dipotong dan dikunyah.
Dikky Bashandid (35), ustaz keturunan Arab mengatakan, bubur menjadi makanan favorit untuk berbuka puasa karena halus, empuk, dan kaya bumbu rempah.
Dulu, masing-masing rumah bergantian menyajikan makanan itu untuk dibawa ke masjid sebagai menu berbuka puasa.
Namun, kini tradisi itu sudah jarang dijalankan karena banyak yang tidak menguasai resep itu. Warga keturunan Arab juga sudah banyak yang pindah ke luar Pekojan.
”Makanan ini bukan asli Arab, ini sudah berbaur dengan kebudayaan Indonesia. Tetapi, makanan ini memang hanya populer pada saat Ramadhan,” kata Dikky, Kamis.
Umi Sundus (65), salah seorang perempuan yang masih menguasai resep bubur kuning mengatakan, ia belajar membuat bubur kuning turun-temurun dari mertuanya.
Setahun sekali, ia biasanya menghidangkan menu makanan itu, terutama pada malam 27 Ramadhan. Pada saat itu, jemaah dari berbagai wilayah akan shalat Tarawih berjemaah di Masjid Azzawiyah hingga ke pelataran di sekitarnya.
”Pada malam 27 (Ramadhan), orang-orang Arab yang ada di sini akan menghidangkan beragam menu buka puasa, seperti nasi kebuli, samosa, nasi mandi, marak di halaman rumahnya,” kata Umi Sundus.
Pelestarian budaya
Lurah Pekojan Tri Prasetyo menuturkan, selama ini Pekojan terkenal menjadi kawasan bersejarah dan wisata religi. Ia berharap warisan kebudayaan seperti kuliner khas Arab bisa dilestarikan.
Ia juga berharap ke depan wisata kuliner itu bisa dipasarkan kepada wisatawan yang datang ke Pekojan.
”Kami sedang mencari lahan kosong yang bisa dimanfaatkan untuk berjualan kuliner khas Kampung Arab. Kami juga ingin memasarkan oleh-oleh dan cendera mata khas kampung ini,” ungkap Tri.
Adolf Heuken SJ dalam Mesjid-mesjid Tua di Jakarta mencatat, di kawasan Pekojan terdapat masjid-masjid bersejarah.
Masjid Al-Anshor adalah masjid tertua di Jakarta yang dibangun oleh orang India sekitar 1648.
Tak jauh dari masjid tertua itu ada Masjid Ar-Raudah yang didirikan pada 1770. Ada pula Masjid Azzawiyah yang didirikan oleh Al-Habib Ahmad bin Hamzah Alatas pada abad ke-19.
Masjid An-Nawier didirikan pada 1760 oleh Sayid Abdullah bin Husein Alaydrus.
Tradisi merupakan warisan budaya yang melingkupi bangunan-bangunan bersejarah di Pekojan.
Melestarikan budaya itu merupakan salah satu upaya untuk menghidupi benda-benda cagar budaya yang ada di dalamnya.
Seperti bubur kuning, tradisi di Kampung Arab selayaknya selalu hangat dalam tempaan zaman. (KOMPAS/Dian Dewi Purnamasari)

Read more

Malas Penyakit Mental Berbahaya

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Malas adalah penyakit mental yang sangat berbahaya sebab dapat menjerumuskan kita pada kegagalan dan penyesalan.
Sifat malas selalu menghantui setiap orang tanpa kenal waktu dan batasan usia. Ia seolah terus melekat dan mengganggu kualitas hidup kita, kendatipun kita menyadari bahwa banyak kesempatan menuju kesuksesan yang hilang hanya karena sifat yang satu ini.
Tak sedikit kondisi dan situasi kurang menguntungkan yang kita rasakan saat ini merupakan akibat dari rasa malas yang tak mampu kita halau.
Padahal, Allah Swt. telah memberikan penjelasan bahwa perubahan kondisi dalam hidup kita sangat ditentukan dengan tingkat keseriusan dan kerja keras yang kita lakukan. Allah Swt. tidak akan pernah mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu berusaha untuk mengubahnya.
Keberhasilan tak akan pernah datang hanya dengan mengkhayal. Sunnatullah dalam kehidupan ini menegaskan bahwa tidak mungkin kita kenyang hanya dengan mengkhayal, tetapi rasa kenyang akan datang setelah kita makan, begitu pun juga kesulitan hanya akan dapat diatasi ketika kita melakukan usaha untuk mengatasinya.
Rezeki akan datang ketika kita berusaha untuk menjemputnya, dan tidak akan pernah datang hanya dengan bermimpi.
Pentingnya effort yang kita keluarkan dalam mencapai suatu tujuan yang kita harapkan adalah landasan penting dari kesungguhan kita dalam bertawakal kepada Allah Swt.
Bertawakal bukanlah berpasrah tanpa usaha, tawakkal ialah upaya yang diawali kebulatan tekad dan kesungguhan yang diiringi doa dan kerja keras.
Apabila kita cermati berbagai tuntunan syariat kemalasan ditegaskan sebagai suatu penyakit dan setiap muslim diperintahkan untuk mengatasinya.
Sebuah pelajaran berharga yang terkandung dalam syariat jihad sangat berkaitan dengan usaha untuk mengusir sifat malas.
Jihad tidak dimaknai sebatas mengangkat senjata, tapi pelajaran penting dari jihad adalah bagaimana pentingnya motivasi untuk berusaha. Pergi ke medan perang membutuhkan kekuatan lahir dan batin, butuh kekuatan untuk mengusir rasa malas dan rasa takut.
Mungkin kita harus merenungkan pula, jika saja para sesepuh dan tokoh bangsa ini di masa lalu tak mampu mengusir rasa malasnya, nikmat kemerdekaan negara ini belum tentu sebaik seperti yang kita rasakan pada hari ini.
Terkait dengan sifat malas sebagai penyakit yang harus diperangi, Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita sebuah doa yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah Swt:
“Ya Allah ya Tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu dari tekanan utang dan kezaliman manusia.” (HR Abu Dawud: 1333, An-Nasai: 7572, Al-Baihaqi: 170)
Melalui doa tersebut, Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita, bahwa sosok seorang muslim sejati haruslah tergambar sebagai sosok yang penuh semangat, memiliki motivasi tinggi dalam mengejar kesuksesan, dermawan, mandiri, dan peduli terhadap sesama.
Tidak patut disebut sebagai seorang muslim sejati, jika kita senantiasa mengeluh, malas, takut, dan kikir, bahkan selalu bergantung kepada orang lain dan sering berbuat zalim. Ingatlah bahwa surga Allah Swt. tak akan dapat kita raih hanya melalui lamunan dan angan-angan, tapi harus diraih dengan semangat yang tinggi untuk konsisten dalam jalan hidup yang diridai Allah Swt.
Pun demikian halnya dengan hari-hari Ramadhan yang tengah kita arungi. Segala keistimewaan dan pahala kebajikan hanya akan berlalu begitu saja apabila kita tidak menyingsingkan semangat untuk mengerjakan berbagai amal saleh dengan penuh keikhlasan, serta menghadirkan penyempurnaan dalam melaksanakannya.
Pahala berlipat dan kebajikan yang teramat agung niscaya dapat kita raih diantaranya dengan memulai melawan rasa malas, sehingga Ramadhan dengan berbagai keistimewaanya tidak berlalu meninggalkan kita tanpa makna.

Read more

Mengenali Tanda-tanda Orang yang Mendapatkan Lailatul Qadar

TRIBUNNEWS.COM - Lailatul Qadar merupakan yang ditunggu-tunggu umat muslim selama bulan Ramadhan, terutama memasuki malam ganji di 10 hari terakhir.
Siapakah yang berhak mendapatkan Lailatul Qadar?
Apakah seseorang yang kurang ibadahnya dan bolong-bolong menjalankan ibadah puasanya juga berhak mendapatkan lailatur qadar? jika dia kemudian sungguh di 10 malam terakhir?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, mari kita kupas satu persatu, apa sayarat mendapatkanya, ciri-ciri orang yang telah mendapatkannya, dan apa tanda-tandanya?
Ustad Atoillah, pengasuh Pesantren Miftahul Huda berpendapat, bahwa malam lailatul qadar itu terjadi sepanjang malam, sejak maghrib hingga subuh.
Jadi 10 malam terakhir itu, mulai dari 21,23,25,27,29 merupakan malam yang dinantikan, dan memang hanya orang tertentu saja yang berhak mendapatkannya.
Berikut Allah berfirman:
"Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar."
(QS. Al-Qadr: 3 – 5)
Dia pun menegaskan, untuk mendapatkannya memang harus diperkuat dengan berbagai ibadah, baik itu yang wajib maupun yang sunnah.
Sehingga kemudian seorang muslim yang taat harus menjalankannya dengan sungguh-sungguh, tidak hanya pada malam ganji, tetapi semuanya sepanjang bulan puasa.

1.Beribadah Sepanjang Malam
Berikut penjelasannya: Rentang dari maghrib sampai subuh itu sangat berguna dan jangan dilewatkan untuk beribadah, dimulai dari wajib seperti shalat maghrib, isya, tarawih, dan subuh.
"Maka ibadahnya itu merupakan ibadah di malam rahmat dengan bekeradaan malam lailatul qadar."
2. Beribadah dengan Ikhlas dengan meningkatkan Kualitas
Maka itu, semua ibadah harus dikerjakan dengan tekun, dengan tulus dan ikhlas. Makin banyak ibadah makin baik, makin baik pula yang betul-betul khusyu, iklas dan berpasrah kepada Allah.
3. Tetap Tekun Hingga Akhir Ramadan
Ketekunan akan berbuah pahala, keikhlasan akan berbuah ridho dan ampunan. Namun apapun kita memang tidak boleh bermalas-malasan semakin mendekati akhir Ramadhan, justu harus semakin ditingkatkan.
Karena 10 malam terakhir ini merupakan cobaan paling berat, karena ada kejemuan dan mulai banyaknya aktivitas lain yang menggoda.
Maka itu ketekukan dan berjuang keras demi menjalankan Ibadah ada kunci meraih lailatul qadar.
Orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Ankabut: 69)
Hasil gambar untuk lailatul qadar
Tanda-Tanda Orang yang sudah Mendapatkan Lailatul Qadar:
Tidak ada satu pun orang yang tahu kapan waktu terjadinya lailatul qadar, karena peristiwa itu merupakan rahasia Tuhan.
Hanya saja, Nabi Muhammad SAW memberikan saran agar mencari lailatul qadar di malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. Karena lailatul qadar berpeluang akan terjadi pada malam-malam tersebut.
Suatu keberuntungan bagi orang yang mendapatkan berkah lailatul qadar yang hanya terjadi setahun sekali.
Ingin tahu tanda-tanda orang yang telah mendapatkan rahmat lailatul qadar? Lihat saja rangkuman di bawah ini.
1. Dia akan senantiasa berusaha menjadi orang yang terbaik di mata Allah SWT begitu pula dengan sesama manusia. Selalu mengerjakan perintah Allah SWT dan melakukannya dengan cara terbaik di mata Allah SWT.
2. Orang yang berhasil mendapatkan Lailatul Qadar akan selalu merasa kurang khususnya dalam soal beribadah.
3. Selain ibadah wajib yakni sholat lima waktu, ia juga tidak pernah meninggalkan ibadah sunnah seperti tahajud dan tarawih.
4. Dalam kehidupan sehari-hari baik dengan atasan maupun bawahan, ia selalu menjadi orang yang rendah hati dan bersikap sewajarnya saja. Tidak merasa sombong dan angkuh khususnya kepada sesama manusia.
5. Orang yang mendapatkan lailatul qadar akan terlihat lebih bersinar wajahnya dan enak untuk dipandang. Namun tanda-tanda ini juga hanya bisa dirasakan dan dilihat oleh orang-orang yang senantiasa selalu dekat kepada Allah SWT.
Nah itu dia ciri-ciri orang yang mendapatkan rahmat malam lailatul qadar. Semoga kita termasuk salah satu orang diantaranya.
Beri’tikaf
Inilah tradisi yang dijalani selama Ramadan, meski itu bukan tradisi tetapi memang sudah menjadi amal ibadah selama Ramadhan.
Itikaf:
"Pengertiannya dalam konteks ibadah dalam Islam adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridhaan Allah SWT dan bermuhasabah (introspeksi) atas perbuatan-perbuatannya.
"Berasal dari bahasa Arab akafa yang berarti menetap, mengurung diri atau terhalangi."
Orang yang sedang beriktikaf disebut juga mutakif."
Itikaf disebutkan Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a., bahwa Rasulullah saw beri’tikaf pada sepuluh hari awal Ramadan, kemudian dilanjutkan pada sepuluh hari pertengahan di sebuah kemah Turki, lalu Beliau mengulurkan kepalanya seraya menyeru manusia, maka orang-orang pun mendatanginya.
Lalu beliau bersabda,” Aku telah beri’tikaf sejak sepuluh hari awal bulan ini untuk mendapatkan Lailatul Qadr, kemudian sepuluh hari pertengahan.
Lalu dikatakan kepadaku bahwa Lailatul Qadar itu ada di sepuluh hari yang terakhir. Maka barangsiapa ingin beri’tikaf, I’tikaflah pada sepuluh malam terakhir.” Lalu orang-orang pun beri’tikaf bersama beliau. Beliau bersabda,”
Aku bermimpi melihat Lailatul Qadar pada malam ini, tetapi dibuat lupa, dimana pada pagi-pagi aku sujud di tanah yang basah. Maka carilah pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang ganjil.”
Memang malam itu hujan, sehingga masjid tergenang air. Setelah selesai sholat shubuh, Rasulullah saw keluar sedangkan di kening beliau menempel tanah basah. Malam itu adalah malam ke-21 dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” ( Hadits Bukhari, Muslim- Misykat )
I’tikaf dilakukan Nabi SAW. Baginda Rasul beri’tikaf selama sebulan penuh.
Bahkan menjelang akhir hayat, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.
Karena hal inilah beliau yang amat mulia itu (I’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan), maka para ulama berpendapat bahwa I’tikaf selama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah sunnah muakaddah.
Apakah Orang Bolong Puasanya Bisa Mendapatkan Malam Mulia Itu?
Kemudian pertanyaan apakah orang yang puasanya bolong-bolong atau tidak puasa, tetapi kemudian bersungguh di 10 malam terakhir akan mendapatkan lailatul qadar?
Jawabannya:
Tentunya saja jika melihat semua tahapan di atas, maka mereka yang sudah sungguh-sungguh pun belum tentunya mendapatkan malam yang penuh dengan rahmat dan keberuntungan bagi seorang muslim yang berpuasa itu.
Nah, jika orang sudah tekun sudah sulit mendapatkannya, apalagi orang yang bolong-bolong dan tidak berpuasa.
Hanya saja, jika dia benar-benar bersungguh-sungguh maka itu akan semakin baik dan mendapatkan pecerahan dan juga kemuliaan sebagai seorang muslim. Semoga kita selalu dalam rahmat dan ampunannya. (*)
Read more

Al-Quran Bertinta Emas Berusia 250 Tahun Milik Warga Palembang ini Pernah Ditawar Kolektor Malaysia

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Ayat-ayat suci Al Quran masih terlihat jelas. Bahkan ada sebagian ayat-ayat suci yang ditulis menggunakan tinta emas.
Begitu juga dengan bagian depan dan belakang Al Quran, sampul Al Quran dilapisi lempengan emas yang kadarnya 18 karat. Al Quran milik Ustadz Kms H Andi Syarifuddin S Ag ini sudah berusia 250 tahun lebih.
"Al Quran ini adalah warisan leluhur dan dibuat pada masa Kesultanan Palembang Darussalam pada abad ke 18 sekitar tahun 1.700-an. Saya sendiri adalah generasi ketujuh yang menjaga Al Quran ini," ujar Ustadz Kms H Andi Syarifuddin S Ag, ketika ditemui Sripoku.com di kediamannya Jalan Faqih Jalaludin Lorong Fahrudin Kelurahan 19 Ilir Kecamatan Bukit Kecil Palembang belakang Masjid Agung Palembang, Rabu (14/6/2017).
Meskipun usia Al Quran sudah 2,5 abad lebih, namun tulisan ayat-ayat suci Al Quran yang ditulis tangan oleh ulama pada masa Kesultanan Palembang Darussalam itu masih jelas untuk dibaca.
Dulunya Kota Palembang dikenal sebagai pusat pengkajian agama untuk kalangan ulama.
"Tulisan tinta emas dan sampul bagian depan dan belakang juga dilapisi emas 18 karat, membuktikan bahwa Palembang dulu memang sejahtera. Palembang Darussalam itu artinya negeri yang aman dan sejahtera," ujarnya.
Sebagai warisan leluhur dan pernah ditampilkan pada pameran di Jakarta dan NTB, Ustadz Andi yang juga sebagai Imam Tetap Masjid Agung Palembang ini mengakui bahwa Al Quran warisan leluhurnya ini pernah ditawar.
"Dulu ada kolektor asal Malaysia yang menawarnya. Tapi saya tolak, karena ini adalah bukti bahwa Kota Palembang itu dulunya sejahtera."
"Memang untuk koleksi milik kesultanan, sudah banyak diambil kolektor negara luar. Tapi Al Quran tinta emas ini adalah Al Quran milik ulama kepenghuluan pada masa Kesultanan Palembang Darussalam," ujarnya.
Untuk menjaga Al Quran bertinta emas ini agar tetap terjaga secara baik, diakui Ustadz Andi tidak begitu sulit. Cukup menggunakan cengkeh dan kapur barus, agar lembaran tidak dimakan rayap.
"Al Quran ini menunjukan hazanah kita sebagai warga Palembang. Palembang dulunya memiliki ulama yang intelek dalam ilmu keagamaan."
"Meskipun ditawar kolektor Malaysia dengan iming-iming pergi ibadah haji, tapi saya tetap menolak," ujar pria yang juga sebagai Sekretaris Yayasan Masjid Agung Palembang.
Sejak duduk dibangku kuliah pada tahun 1990, Ustadz Km H Syarifuddin S Ag memang menjadi pewaris ke tujuh Al Quran tinta emas dengan sampul berlapis kadar emas 18 karat.
Bukan hanya berlapis emas, tiap-tiap ayat ditulis goresan tangan dan sama sekali tidak menggunakan mesin cetak.
Lapisan emas di dalam Al Quran ada tiga bagian, yakni pada halaman depan surat Al-Fatiha halaman tengah, Surat Al-Kafi dan halaman terakhir Surat An-Nas.
"Kalau kertasnya dari Eropa dan kadar emasnya memang 18 karat. Semuanya sudah dilakukan tes. Saya sendiri ada 10 Al Quran warisan dan dua diantarnya bertinta emas."
"Saya sebagai pewaris, tetap untuk menjaga Al Quran sebagai bentuk menjaga kebudayaan Kesultanan Palembang Darussalam," ujarnya.(Welly Hadinata)

Read more

10 Malam Terakhir Ramadan yang Dirindukan dan Datangnya Lailatul Qadar

TRIBUNNEWS.COM - Menurut berbagai riwayat, malam yang digadang-gadang oleh seluruh umat Islam di dunia ini datang pada 10 hari terakhir bulan ramadhan, khususnya di tanggal-tanggal ganjil.
Namun, datangnya malam lailatul qadar tidak seorang pun yang mengetahui tepatnya kapan.
Selama ini umat Islam hanya membaca tanda-tanda malam yang menurut Al-Qur’an lebih baik dari 1000 bulan ini.
Betapa mulianya malam lailatul qadar karena mampu membawa seorang hamba pada ketakwaan yang hakiki.
Lalu, benarkah pertanda malam lailatul qadar di antaranya membekunya air, heningnya malam, dan menunduknya pepohonan, dan sebagainya?
Yang pasti, dan ini harus diimani oleh setiap muslim berdasarkan pernyataan Al-Qur’an, bahwa “Ada suatu malam yang bernama Lailatul Qadar” (QS Al-Qadr: 1) dan malam itu merupakan “malam yang penuh berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan” (QS Ad-Dukhan: 3).
Ditegaskan dalam Al-Qur’an, malam tersebut adalah malam mulia, tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya. Ini diisyaratkan oleh adanya “pertanyaan” dalam bentuk pengagungan, yaitu “Wa ma adraka ma laylatul qadar.”
Untuk memperoleh pemahaman yang jernih terkait malam lailatul qadar, Muhammad Quraish Shihab seperti disarikan dari buku karyanya ”Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat.” (Mizan, 1999). memberikan sejumlah keterangan terkait arti kata qadar. Mufassir kenamaan tersebut memaparkan tiga arti pada kata qadar tersebut.
Pertama, qadar berarti penetapan atau pengaturan sehingga lailatul qadar dipahami sebagai malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia.
Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya dengan Firman Allah pada Surat Ad-Dukhan ayat 3. Ada ulama yang memahami penetapan itu dalam batas setahun.
Al-Qur’an yang turun pada malam lailatul qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah SWT mengatur dan menetapkan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad SAW guna mengajak manusia kepada agama yang benar yang pada akhirnya akan menetapkan perjalanan sejarah umat manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
Kedua, qadar berati kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingnya.
Ia mulia karena terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih.
Kata qadar yang berarti mulia ditemukan dalam ayat ke-91 Surat Al-An’am yang berbicara tentang kaum musyrik: Ma qadaru Allaha haqqa qadrihi idz qalu ma anzala Allahu ‘ala basyarin min syay’i (mereka itu tidak memuliakan Allah sebagaimana kemuliaan yang semestinya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia).
Ketiga, qadar berati sempit. Malam tersebut adalah malam yang sempit, karena banyaknya malaikat yang turun ke bumi, seperti yang ditegaskan dalam Surat Al-Qadar:
Pada malam itu turun malikat-malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Kata qadar yang berarti sempit digunakan oleh Al-Qur’an antara lain dalam ayat ke-26 Surat Ar-Ra’du: Allah yabsuthu al-rizqa liman yasya’ wa yaqdiru (Allah melapangkan rezeki bagi yang dikehendaki dan mempersempitnya [bagi yang dikehendakinya]). (Nu Online/Fathoni)

Read more

Bulan Ramadan Inneke Koesherawati Terasa Sepi Tanpa Fahmi Darmawansyah

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tahun ini, aktris Inneke Koesherawati terpaksa menjalani bulan Ramadan tanpa kehadiran suami.
Sebab, pada 24 Mei 2017 lalu, sang suami, Fahmi Darmawansyah divonis dua tahun delapan bulan penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Fahmi Darmawansyah yang merupakan Direktur PT Melati Technofo Indonesia (MTI) terbukti menyuap pejabat Badan Keamanan Laut (Bakamla) dalam proyek pengadaan satelit pemantau.
Diakui Inneke Koesherawati, bulan Ramadan kali ini benar terasa sepi tanpa Fahmi Darmawansyah.
"Iya, beda, Ramadan ini sepi. Nggak ada suami saya, sepi. Biasanya, kan, aku sama-sama dia. Jadi, berasa sepi," tutur Inneke Koesherawati ketika ditemui dalam acara Wardah Ramadhan Gathering di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Selasa (14/6/2017).

Read more